Sejak awal Bulan Maret dimana mulai ditemukan kasus positif pertama di negeri kita yang terinfeksi virus Corona baru atau yang kemudian dikenal dengan Covid 19 (Corona Virus Desases 19), maka sejak itu suasana psikologis masyarakat di negeri ini mengalami berbagai kecemasan,ketakutan dan kekhawatiran. Bahkan jauh sebelum itu,ketika wabah ini mulai muncul akhir tahun 2019 di Kota Wuhan provinsi Shin Zian,Tiongkok dengan penyebaran yang begitu cepat dan masif yang memakan korban puluhan ribu orang,sejak saat itu kekhawatiran sudah mulai muncul,bukan hanya di negeri kita,bahkan penduduk dunia.
Setelah sebulan lebih wabah covid 19 merebak di negeri ini,seperti yang diprediksi sebelumnya,dampaknya cukup besar terhadap berbagai faktor,dan yang paling dirasakan adalah faktor ekonomi, bahkan lebih dahsyat dari wabah itu sendiri. Banyak orang yang berkurang penghasilannya bahkan kehilangan pekerjaan akibat adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran sebagai dampak semakin banyaknya pabrik-pabrik dan prusahaan-perusahaan yang terpaksa ditutup,apakah karena kurangnya produksi atau karena kebijakan pemerintah dalam rangka untuk menekan laju penyebaran virus.
Berbarengan dengan wabah covid 19 yang semakin merebak, saat ini,khususnya Umat Islam sedang menjalankan Ibadah Shaum Ramadlon tahun 1441 H. Bagi kita,ummat Islam, Ini bukanlah suatu kebetulan, tetapi merupakan “Skenario Allah” yang telah dirancang Nya yang pasti membawa hikmah yang besar.
Maka suasana Ramadan tahun ini pun terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kesemarakan Ramadan Nampak kurang terasa,suasana Sholat Tarawih yang meramaikan mesjid-mesjid, atau pemandangan saat jelang berbuka yang dikenal dengan “Ngaburit” pun tidak terlihat,tradisi buka bersama sekedar untuk mengakrabkan sesama pun tidak bisa dilaksanakan. Ini semua tentu tidak kita inginkan, tetapi harus dilakukan dalam rangka untuk segera mengakhiri wabah yang sedang dihadapi tanpa mengurangi nilai kekhusyuan Ramadan ini.
Terlepas dari perubahan suasana Ramadan tahun ini,kita dapat mengambil beberapa pelajaran terkait dengan mushibah yang sedang dihadapi ini dan berbarengan dengan Bulan suci Ramadan ini antara lain:
- Ramadan melatih kesabaran
Shaum sejatinya adalah melatih kesabaran,shabar menahan hawa nafsu makan dan minum serta segala yang membathalkan, Dalam Mufrodatnya Arraghib memberi makna shabar dengan :
حبس النفس علي ما يقتضيه العقل والشرع
“Menahan nafsu untuk diselaraskan dengan tuntutan akal dan Agama”,
ini artinya shabar bukanlah sikap diam dan pasrah,akan tetapi menahan diri dari keinginan nafsu dan menyelaraskan dengan akal (Ilmu) serta tuntutan Agama.
Seperti halnya shaum,maka dalam menghadapi mushibah sekarang pun dituntut kesabaran,bukan hanya secara individual,akan tetapi harus dilakukan secara kolektif. Setiap kita harus mampu menahan diri dari keinginan pribadi,yang mungkin dalam pandangan kita tidak memberi dampak berarti,tetapi jika setiap orang berfikir yang sama,bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi. Maka cara berfikir individualis mengambarkan ketidaksabaran dalam menghadapi mushibah ini. Oleh karena itu Shaum yang dijalankan dalam suasana wabah ini sejatinya dapat semakin menguatakan sikap kesabaran
- Ramadan meningkatkan Imunitas
Sebagaimana para ahli kesehatan mengatakan bahwa salah satu cara yang efektif terhindar dari terinfeksi virus corona adalah imunitas tubuh, oleh karena itu berbagai upaya dan cara dilakukan oleh masyarakat,dari mulai mengatur pola makan dengan asupan yang bergizi, istirahat yang cukup, sampai berjemur setiap pagi dibawah terik matahari.
Selain imunitas fisik,maka tidak kalah pentingnya adalah imunitas psikis,menjaga emosi supaya tidak panic dan teta tenang dan senamg adalah salah satu cara efektif juga, maka banyak cara dilakukan,seperti menyalurkan hobi atau kesenangan, meningkatkan ibadah atau melakukan refreshing meski hanya di rumah.
Ibadah Shaum ini memberi hikmat kesehatan baik fisik maupun mental, secara fisik orang yang shaum teratur pola makan dan berefek pada kesehatan tubuhnya,hal ini sudah banyak dibuktikan ole para ahli kesehatan. Begitupun secara mental spiritualnya,sebab dengan ibadah saum,suasana keberagamaan terasa begitu kental.
Maka sangatlah beralasan bahwa dengan berbarengannya wabah covid 19 dan Ramadlan ini akan sangat mendukung terhadap daya imunitas masyarakat,khsusnya Ummat islam,sebagai salah satu cara terhindar dari virus corona.
- Ramadan adalah Bulan “Memberi” dan “Berbagi”
Dalam suasana yang penuh dengan keprihatinan ini, Kesadaran masyarakat untuk berbagi sesama semakin meningkat, tolong menolong satu sama lain menjadi pemandangan sehari-hari, dari mulai pembagian sembako,membagi nasi bungkus atau sekedar mengirim makanan untuk tetangga dekat.Ini adalah salah satu dampak positif dari musibah ini,yaitu meningkatkan sikap Empati masyarakat
Maka dalam konteks ini,Ramadlan memberi penguatan sikap empati ini,Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا (رواه الترميذي)
“Barangsiapa yang memberi makan (untuk berbuka) orang yang saum,untuknya pahala seperti pahala oraang yang saum tanpa dikurangi sedikitpun (HR Tirmidzy)
Tradisi berbagi di Bulan Ramadan bukanlah hal yang asing, setiap Ramadan tiba,kesemangatan Ummat Islam untuk memberi begitu kuat, masjid-masjid dipenuhi dengan berbagai sajian untuk berbuka yang diperoleh dari para dermawan,”Koropak” mesjid pun selalu terisi penuh sebagai bukti kesemnagatan ummat dalam berinfaq. Ramadan telah menumbuhkan semangat memberi (The Power of Giving)
Covid 19 dan Ramadan banyak memberi pelajaran positif pada kita, semoga wabah ini segera berakhir seiring dengan berakhirnya Ramadan tahun ini, Wallahu A’lam.
Oleh: Drs. Acep Saefuddin, M.Ed
*) Penulis adalah Ketua PD Persis Majalengka Masa Jihad 2016-2020. Pernah Study di Deakin University Melbourne Australia. Mudir Mu’allimien Pesantren Persis 92 Majalengka
Share this post