Jika selama ini dikenal adanya beasiswa jalur prestasi atau siswa yang lulus karena memiliki kemampuan tertentu, maka tahun ini ada yang menyebut angkatan 2020 sebagai siswa yang yang lulus melalui jalur virus. Hal ini tentu dikaitkan dengan merebaknya virus covid-19 sebagai pandemi global hampir diseluruh negara.
Tentu saja penyebutan angkatan 2020 sebagai siswa yang lulus jalur virus tak perlu menjadi baper atau bahkan sakit hati. Yakinlah, mereka yang menyematkan sebutan lulusan jalur viruspada angkatan 2020 ini sebenarnya nyinyir saja karena angkatan 2020 adalah angkatan spesial atau hanya ungkapan joke ditengah gencarnya serangan pandemi corona.
Ya. Angkatan 2020 adalah angkatan spesial, karena kalian bisa disebut sebagai tumbal dari sebuah revolusi pendidikan. Jika kondisi ini dipikirkan dengan kepala terbuka, situasi ini akan membuka mata untuk menggambarkan betapa kerennya angkatan 2020.
Kita akan mencoba untuk merefleksikan situasi sekarang ini seperti sebuah kelas eksperimen sosial skala besar. Dan angkatan 2020 sedang berada di dalamnya, dimana kalian menjadi peluit dimulainya perubahan peradaban yang bisa jadi merubah hal yang tadinya penting jadi tidak penting atau sebaliknya merubah hal yang tadinya tidak penting justru dianggap sesuatu yang sangat penting.
Pertama, realisasi alokasi dana BOS dalam bentuk wastafel yang berjejer di setiap pintu masuk kelas, lengkap dengan sabun cair dan tisu. Pemandangan yang sebelumnya tidak pernah muncul di rencana anggaran sarpras yang biasanya hanya digunakan untuk sekedar mengecat dinding sekolah.
Wastafel yang biasanya berada di sudut belakang sekolah, mendadak naik derajatnya menjadi wajah sekolah yang disimpan paling depan bahkan dipintu masuk gerbang sekolah. Ingat, ini hanya terjadi pada angkatan 2020.
Pemandangan seperti ini bukan hanya terjadi di sekolah-sekolah, bahkan di tempat sarana ibadah dan kantor-kantor pun fasilitas cuci tangan, sabun cair dan tisu menjadi sarana yang wajibul kudu hadir di depan pintu masuk.
Kedua, tahun 2020 menjadi pencapaian yang warbiasah dan monumental tatkala UN resmi dihapuskan. Perjuangan memeras keringat dan menguras pikiran dari generasi ke generasi selama puluhan tahun akhirnya mencapai ujungnya. Inilah tonggak reformasi pendidikan.
Betapa susah payahnya para mantan Menteri Pendidikan berusaha menghapus UN, dengan berbagai perubahan kebijakan yang terkait dengan Ujian Nasional dan hanya baru sanggup menjadikan UN bukan sebagai penentu kelulusan, atau merombak tekhnis pelaksanaan dengan mengubah dari kertas dan pensil menjadi berbasis komputer. Akan tetapi tetap saja tak ada yang mampu menghapus Ujian Nasional.
Maka, angkatan 2020 yang menjadi tonggak sejarah dihapusnya UN, wacana yang seharusnya dilakukan tahun 2021.
Ketiga, kelulusan angkatan 2020 diputuskan dalam sebuah acara rapat kelulusan yang sangat sakral, dimana melibatkan seluruh komponen pendidikan baik kepala sekolah, para wali kelas dan guru. Perlu diketahui rapat kelulusan itu forum resmi dan berkekuatan hukum. Artinya jika angkatan 2020 disebut lulusan jalur virus itu sungguh biadab dan barbar.
Rapat kelulusan pun berlangsung biasa saja, tak ada perang urat saraf untuk menentukan siswa lulus atau tidak, berjalan santai, bahkan dilakukan sambil rebahan di rumah karena rapat dilakukan secara daring.
Kriteria kelulusan pun sangat sederhana, bisa diambil dari nilai raport selama 6 semester tanpa harus adanya berbagai pertimbangan lain dan luarbiasanya semua siswa dinyatakan lulus 100 %.
KBM yang dilaksanakan secara tatap muka di kelas selama kurang lebih 2.5 tahun diakhiri dengan ending yang epik. Pencapaian nasional yang spektakuler ini pertama kali dilakukan dalam sejarah pendidikan kita dan lagi-lagi pada terjadi pada angkatan 2020.
Keempat, bagian ini yang paling hebat ketika seluruh siswa di rumahkan. Belajar di rumah saja pada angkatan 2020 jadi revolusi pendidikan luar biasa.
Pada awal Maret para siswa masih menggunakan buku dan pulpen untuk mencatat materi pelajaran dan bertatap muka dengan guru di kelas. Siswa di sekolah dilarang keras membawa handphone, tiba-tiba dipaksa menggunakannya. Bahkan tidak sedikit siswa yang berebut ponsel dengan orang tuanya untuk menerima materi pelajaran yang disampaikan secara daring.
Gadget yang sebelumnya dipandang banyak mudaratnya bahkan di pesantren menjadi barang “HARAM” untuk dibawa oleh santri, justru menjadi jalan terbaik agar proses belajar mengajar tetap lancar. Ternyata proses pembelajaran di rumah atau home schooling dengan berbasis gadget dipandang lebih efisien, efektif, bahkan murah. Bukankah ini sebuah pencapaian yang hebat di tahun 2020 ini.
Pengumuman kelulusan sudah dilaksanakan, dan jangan dikira angkatan 2020 lulus gratisan. Ujian sekolah tetap dilaksanakan, ujian pesantren pun begitu pula. Bukankah nilai rapor semester 6 tetap harus ada sebagai basis data, sebab nilai tidak bisa di tembak sembarangan atau disulap yang penting ada. Ijazah tetap harus diisi dengan angka, bukan kalimat LULUS/TIDAK LULUS.
Bedanya, semua komponen sekolah dipaksa berevolusi. Ponsel yang dulunya dilarang keras dibawa ke ruang ujian, justru jadi syarat utama mengikuti ujian.
Walaupun ujian dilaksanakan di rumah, aturan ujian disusun dengan lebih manusiawi dan rileks. Tim penguji di sekolah memantau ujian sambil ngopi, siswa mengerjakan soal sambil ngemil dan rebahan. Sungguh ujian akhir nan santuy.
Secara tekhnis pelaksanaan ujian pun banyak pilihan, aplikasi yang digunakan dari mulai E-Learning, Zoom Meeting atau Google Form dan semua gratisan. Sisi positif lain, bukan hanya siswa yang dituntut untuk mampu menggunakannya, tapi guru pun dipaksa untuk belajar internet dan melek aplikasi.
Apa yang dipaparkan panjang lebar di atas, tentu selalu menarik untuk diwacanakan. Dimasa yang akan datang, jika wacana ini terealisasi, yang paling diingat adalah Angkatan 2020 sebagai tumbalnya dan kalian menjadi bagian dari sejarah itu.
Selamat atas kelulusannya untuk kalian Angkatan 2020.
Syukuri akan kenikmatan ini, jangan ada perayaan yang bikin ambyar apalagi harus makan-makan dengan kumpul bareng teman-teman, karena itu dilarang keras.
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” (Adh Dhuha ; 11)
Majalengka, 04 Juni 2020
A. Wiharja, S.Pd.I
Penulis merupakan Mudir Tsanawiyyah Pesantren Persis 92 Majalengka
Share this post