Majunya teknologi memudahkan manusia untuk mengambil pengetahuan dari manapun tanpa tersekat ruang dan waktu. Namun dibalik kemajuan itu ada satu kekhawatiran mengenai terburu-burunya penuntut ilmu dalam mengambil suatu ilmu. Fenomena ini menyebabkan banyak diantara penuntut ilmu yang pada akhirnya mudah mencela sebuah majlis ilmu , menghibah gurunya, mencela temannya bahkan meremehkan penjelasannya. Na’udzubillah min dzaalik.
Tradisi para ulama terdahulu untuk mendatangi majlis ilmu dan belajar ilmu dibawah lutut-lutut Ulama besar nampaknya mulai luntur, orang lebih tergiur untuk menjadikan internet sebagai guru. Padahal ada satu poin penting yang mesti di miliki oleh seseorang sebelum menuntut ilmu yaitu adab, dimana adab ini akan sulit didapatkan jika kita tidak secara langsung belajar pada guru yang beradab pula.
Para ulama terdahulu telah banyak mengingatkan betapa pentingnya adab sebelum ilmu. Imam Malik Rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“pelajarilah adab, sebelum mempelajari suatu ilmu”[1]
Keseriusan Ulama untuk menempatkan adab sebelum ilmu juga dibuktikan dengan banyaknya kitab-kitab adab yang ditulis oleh para Ulama, diantaranya adalah: Al-Adab al-Mufrad karya Imam al-Bukhari, Adab al-Dunya wa al-Din karya Imam al-Mawardi, Al-Adab fi al-Din karya Imam al-Ghazali, Al-Tibyan fi Adab Hamalat al-Qur’an karya Imam al-Nawawi, dan Adab al-’Alim wa al-Muta’allim karya K.H Hasyim Asy’ari.
Lalu apa sebenarnya yang melatarbelakangi para ulama sehingga begitu konsen terhadap isu ini?
وَقَالَ يُوسُف: “بِالأَدَبِ تَفهَمُ العِلمَ وبِالعِلمِ يَصِّحُّ لَكَ العَمَلُ وبالعمل تَنَالُ الحكمةَ وبالحكمة تَفهَمُ الزُهدَ وتُوَفَّقُ له وبالزهد تَترُكُ الدنيا وبتَركِ الدنيا تَرغَبُ في الآخرة وبالرَّغبَةِ في الآخرة تَنَالُ رضى الله عز وجل
Yusuf al Husain berkata “dengan adab kamu akan memahami ilmu, dengan ilmu amalmu menjadi benar, dengan amal kamu akan memperoleh hikmah, dengan hikmah kamu akan memahami zuhud dan berhasil, dengan zuhud kamu akan meninggalkan urusan duniawi, dengan meninggalkan urusan duniawi kamu akan berhasrat dengan urusan akhirat, dan dengan hasrat terhadap akhirat kamu akan mendapat ridho Allah ‘Azza wajalla”.[2]
Dengan perkataan Yusuf al Husain di atas jelaslah bahwa adab adalah pondasi utama dari tercapainya ridho Allah melaui jalan menuntut ilmu. Kita bisa melihat kesungguhan para ulama dan orang-orang shalih terdahulu yang begitu antusias mempelajari adab sebelum ilmu. Para ulama yang kita lihat kesuksesannya dalam menuntut ilmu, indah akhlaknya serta luas pemahaman ilmunya adalah karena
[1] Hilyatul Auliya juz 6 hlm. 330 Daarul Fikr Beirut
[2] Iqtidha Al-Ilmi Al-Amal hlm. 31 Maktab al Islami Beirut
Oleh: Obi Robi’a Al Aslami
penulis merupakan alumni Pesantren Persis 92 Majalengka, Alumni Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Semarang dan saat ini aktif sebagai pengajar di Muallimin Pesantren Persis 92 Majalengka.